Kuis

Senin, 21 April 2008

Kelapa Sawit

BAGIAN I : SYARAT PERTUMBUHAN

 

A.    IKLIM

1.    Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh ditempat berawa (swamps) di sepanjang bantaran sungai dan di tempat yang basah.

2.    Didalam hutan hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi.

3.    Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam perhari.

4.    Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin.

5.    Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman) yang cukup panjang.

6.    Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah.

7.    Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan temperatur 35ºC.

8.    Curah hujan tahunan antara 1.500-4.000 mm, optimal 2.000-3.000 mm/tahun.

 

Keadaan Iklim

(Klas 1)

Baik

(Klas 2)

Sedang

(Klas 3)

Kurang Baik

(Klas 4)

Tidak Baik

Curah Hujan (mm)

200-2500

1800-2000

1600-1800

<>

Defisit air/tahun (mm)

0-150

150-250

250-400

> 400

Hari panjang tidak hujan

<>

<>

<>

> 10

Temperatur (ºC)

22-33

22-33

22-33

22-33

Penyiraman (jam)

6

6

<>

<>

Kelembaban (%)

80

80

<>

<>

 

B.    MEDIA TANAM

1.    Tanah yang baik untuk budidaya kelapa sawit harus mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.

2.    Tanah harus berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam, tidak berbatu.

3.    Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial yang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

4.    Tanah memiliki derajat keasaman (pH) antara 4-6.

5.    Ketinggian tempat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 1-400 m dpl.

6.    Topografi datar dan berombak sampai bergelombang.

7.    Kelerengan ideal berkisar antara 0 sampai 25%.

 

Keadaan Tanah

(Klas 1)

Baik

(Klas 2)

Sedang

(Klas 3)

Kurang Baik

(Klas 4)

Tidak Baik

Tinggi tempat

0-400 m dpl

0-400 m dpl

0-400 m dpl

0-400 m dpl

Topografi

Datar Berombak

Bergelombang

Berbukit

Curam

Lereng (%)

0-15

16-25

25-36

> 36

Solum (cm)

> 80

80

60-80

> 60

Kedalaman air (cm)

> 80

60-80

50-60

40-50

Tekstur

Lempung2 liat

Liat berpasir

Pasir Lempung Liat

Pasir

Bahan organik (cm)

5-10

5-10

5-10

> 5

Keadaan batuan

Dalam

Dalam

Dalam

Menghambat akar

Erosi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

Drainase

Baik

Agak baik

Agak baik

Agak baik

Banjir

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

Pengaruh pasang surut

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Sedikit

  

BAGIAN II : PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

 

A.    PEMBIBITAN

Pembibitan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak benih kelapa sawit.

1.    Persyaratan benih

Benih untuk bibit kelapa sawit saat ini dapat disediakan oleh 6 (enam) produsen benih resmi dalam negeri yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, PT London Sumatera (Lonsum), PT Socfin, PT Tunggal Yunus Estate, PT Dami Mas Sejahtera dan PT Bina Sawit Makmur. Benih-benih yang dihasilkan oleh produsen resmi ini mempunyai kualitas sangat baik ini berasal dari induk jelas asal usulnya seperti Delidura dan bapak Pisifera.

Kelapa sawit Jenis Dura, biasanya ditanam sebagai pohon induk dengan ciri-ciri :

·         Ciri-ciri; daging buah tipis (20-65%)

·         Tempurung tebal (20-50%)

·         Biji tebal (4-20%)

 

Kelapa sawit Jenis Pisifera, biasanya ditanam sebagai tanaman serbuk sari dengan ciri-ciri :

·         Ciri-ciri; daging buah tebal (92-97%)

·         Tidak ada tempurung

·         Biji kecil (3-8%)

 

Kelapa sawit Jenis Tenera, biasanya ditanam di perkebunan kelapa sawit dengan ciri-ciri :

·         Ciri-ciri; daging buah sedang (60-96%)

·         Tempurung tipis (3-20%)

·         Biji sedang (3-15%)

 

2.    Pengecambahan benih

a.    Cara PPKS Medan

1).   Tangkai buah dilepaskan dari spikeletnya.

2).   Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-sekali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.

3).   Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan kedalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringkan dan seleksi untuk memperoleh biji yang berukuran seragam.

4).   Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 27ºC dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.

b.    Cara lainnya

1).   Rendam biji dalam air selama 6 – 7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam larutan Dithane M - 45 0,2% selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.

2).   Masukan biji kedalam kaleng pengecembahan dan tempatkan dalam ruangan dengan temperatur 39ºC dan kelembaban 60 – 70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih dikeringanginkan selama 3 menit.

3).   Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20 – 30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan biji ke dalam larutan Dithane M – 45 0,2% selama 1 – 2 menit.

4).   Simpan benih diruangan bersuhu 27ºC. Setelah 10 hari benih berkecambah pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.

3.    Teknik pembibitan benih berkecambah

Terdapat dua teknik pembibitan yaitu (1) cara dua tahap melalui dederan (prenursery) dan (2) cara langsung tanpa dederan. Lahan pembibitan dibersihkan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Jarak tanam biji dipembibitan adalah 50 x 50 cm, 60 x 60 cm, 65 x 65 cm, 70 x 70 cm, 80 x 80 cm, 85 x 85 cm, 90 x 90 cm atau 100 x 100 cm dalam bentuk segitiga sama sisi.

Jadi kebutuhan bibit per hektar antara 12.500 sampai 25.000 butir.

a.    Cara tak langsung

1).   Dederan

Kecambah dimasukkan ke dalam polybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5 – 2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah di tanam sedalam 2 cm. Tanah di polybag harus selalu lembab. Simpan polybag dibedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai bibit dipindah tanamkan ke pembibitan.

2).   Pembibitan

Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm setebal 0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybag disusun diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan diatas.

b.    Cara langsung

Kecambah langsung ditanam di dalam polybag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.Cara ini menghemat tenaga dan biaya.

4.    Pemeliharaan pembibitan/penyemaian

a.    Pemeliharaan dilakukan pada bibit di dederan dan di pembibitan

1).   Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7 – 8 mm. Kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polybag.

2).   Gulma dibuang/dicabut atau disemprot herbisida setiap 3 bulan. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Cara lain mencegah gulma adalah menaburkan serasah di polybag.

3).   Bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.

4).   Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan dan diberikan dalam larutan urea atau pupuk majemuk.

b.    Pemberian pupuk di pembibitan

1).   Umur bibit 4 – 5 minggu larutan urea 0,2%, 3 – 4 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.

2).   Umur bibit 6 – 7 larutan urea 0,2%, dosis 4 – 5 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu rotasi.

3).   Umur bibit 8 – 16 minggu ; rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

4).   Umur bibit 17 – 20 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

5).   Umur bibit 21 – 28 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

6).   Umur bibit 29 – 40 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

7).   Umur bibit 41 – 48 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.

5.    Pembiakan dengan Kultur Jaringan

Bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman dengan tingkat produksi tinggi dan pertumbuhan tanaman seragam.

6.    Seleksi bibit

Bibit diseleksi dua kali yaitu di pembibitan pendahuluan (dederan) dan pembibitan utama. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang dengan ciri-ciri :

a.    Bibit tumbuhan meninggi dan kaku.

b.    Bibit terkulai.

c.     Anak daun tidak membelah sempurna.

d.    Terkena penyakit.

e.    Anak daun tidak sempurna.

 

B.    PENGOLAHAN MEDIA TANAM

Lahan untuk pertanaman kelapa sawit dapat berupa areal bekas hutan, bekas perkebunan karet atau lainnya dan areal yang sebelumnya ditanami kelapa sawit. Pembukaan lahan dilakukan secara mekanis, kimia atau manual.

 

C.    TEKNIK PENANAMAN

1.    Penentuan Pola Tanaman

Ketika tajuk belum saling menutup, kelapa sawit dapat ditumpang sari dengan segala jenis tanaman pangan/buah-buahan seperti nanas. Tetapi jika tajuk telah saling menutup, hanya tanaman yang naungan dapat ditanam diantara dibarisan kelapa sawit/kelapa sawit ditanam dengan pola monokultur.

2.    Pembuatan Lubang Tanaman

Pengajiran perlu dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat yang akan dibuat lubang tanam. Air dipasang pada jarak 9 x 9 x 9 m dalam pola segitiga. Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50 x 40 cm sedalam 40 cm, sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Jika aeal berbukit, dibuat teras melingkari buki dan lubang berjarak 1,5 m dari sisi lereng.

3.    Cara Penanaman

Sebaiknya kelapa sawit ditanam pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polybag.

a.    Lubang tanam dipupuk dengan pupuk fosfat agropholsrock phosphate 250 g/lubang.

b.    Lepaskan plastik polybag hati-hati dan masukan bibit kedalam lubang.

c.     Timbun bibit dengan galian tanah atas, padatkan dengan tangan. Permukaan tanah bibit harus sama rata dengan permukaan tanah.

d.    Beri mulsa di setiap batang.

 

D.    PEMELIHARAAN TANAMAN

1.    Penyulaman dan Penjarangan

Tanaman yang mati/tidak tumbuh dengan baik disulam dengan bibit berumur 10 – 14 bulan. Penyulaman dilakukan pada saat musim hujan dan biasanya meliputi 3 – 5% untuk setiap hektar. Sebaiknya dalam satu hektar hanya ada 130 tanaman agar tidak ada persaingan sinar matahari. Penjarangan dilakukan pada tanaman yang tidak sehat dan menyebabkan terhalangnya sinar matahari.

2.    Penanaman Tanaman Penutup Tanah

Penting sekali untuk menanam tanaman legum penutup tanah untuk mempertahankan kelembaban, menekan gulma dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Legum yang ditanami adalah centrocenma pubescens, pueraria javanica, phosphocarpus palusleris dan calopogonium mucunoides.

3.    Penyiangan

Tanaman di sekitar kelapa sawit yaitu pada lingkungan berdiameter 1 – 2 m harus bersih dari gulma. Pemberantasan gulma dilakukan secara mekanis (dicabut, dikored) dan disemprot herbisida.

4.    Pemupukan

Tanah tropis kekurangan unsur hara N, P dan K sehingga ketiga unsur hara tersebut harus ditambah melalui pemupukan anorganik yang terdiri dari 1.3 kg N, 0.2 kg P dan 1.8 kg K untuk setiap tanaman selama satu tahun.

Kekurangan unsur N, P, K dan Mg menghambat pertumbuhan kelapa sawit sehingga tanaman jadi kerdil, kekurangan boron pada tanaman muda dapat mematikan tanaman. Jenis dan dosis serta waktu aplikasi pupuk anjuran dari Balai Penelitian Perkebunan adalah sebagai berikut :

a.    Untuk tanaman yang belum berproduksi, pupuk N, P, K, Mg dan B ditabur merata dalam piringan dari jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tanduk dengan dosis sebagai berikut :

·         Urea : dosis 2,0 – 2,5 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

·         KCl : dosis 2,5 – 3,0 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

·         Kieserite : dosis 1,0 – 1,5 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

·         SP-36 : dosis 0,75 – 1,0 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

·         Borax : dosis 0,05 – 0,1 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

b.    Untuk tanaman yang telah berproduksi, pupuk N ditabur mulai jarak 50 cm dari pokok sampai dipinggir luar piringan, pupuk P, K dan Mg ditabur merata pada jarak 1 – 3 m dari pokok dan pupuk B ditabur pada jarak 30 – 50 cm dari pokok, dengan dosis sebagai berikut :

·         Urea : dosis 0,4 – 0,6 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

·         KCl : dosis 0,25 – 0,3 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

·         Kieserite : dosis 0,2 – 0,5 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

·         SP-36 : dosis 0,1 – 0,2 kg/pohon/tahun, 1 kali pemberian.

·         Borax : dosis 0,02 – 0,05 kg/pohon/tahun, 2 kali pemberian.

c.     Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim hujan (September – Oktober) dan kedua diakhir musim hujan (Maret – April).

5.    Pemangkasan Daun

Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh tanaman yang bersih, jumlah daun optimal dan memudahkan panen, terdapat tiga jenis pemangkas yaitu :

 a.    Pemangkas pasir

Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16 – 20 bulan.

b.    Pemangkas produksi

Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada tanaman berumur 20 – 28.

c.     Pemangkas pemelihara

Membuang daun-daun songgo dan secara rutin sehingga pada pokok tanamn hanya terdapat sejumlah 28 – 54 helai.

6.    Kastarasi Bunga

Memotong bunga-bunga jantan dan betina yang tumbuh pada waktu tanaman berumur 12 – 20 bulan.

7.    Penyerbukan Buatan

Bunga jantan dan betina pada kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga.

a.    Penyerbukan oleh manusia

Dilakukan pada saat tanaman berumur 2 – 7 minggu pada bunga yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir. Adapun cara penyerbukan :

1).   Buka seludang bunga.

2).   Campurkan serbuk sari pada talk murni (1 : 2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium.

3).   Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.

b.    Penyerbukan oleh serangga

Serangga penyerbuk Elaeidobius Camerunicus yang tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas pada saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan bunga lebih besar, bentuk bunga lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti meningkat sampai 30%. Kekurangan cara ini buah sulit rontok dan tandan harus dibelah dua dalam pemrosesan.

 

8.    Hama dan Penyakit

a.    Hama

1).   Nematoda

Penyebab rhadinaphelenchus cocophilus. Bagian yang diserang adalah akar. Gejala yang ditimbulkan adalah : pusat mahkota mengerdil, daun baru tergulung dan tegak, daun berubah warna menjadi kuning dan mengering, tandan buah menjadi busuk. Pengendalian : dengan meracuni pohon dengan natrium arsenit dan setelah mati dibongkar dan dibakar.

2).   Tunggau

Penyebab : Tunggau Merah (Oliganycus). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun menjadi mengkilap dan daun berwarna bronz. Pengendalian menggunakan aktrisida tetradifon 0,1 – 0,2%.

3).   Ulat Setora

Penyebab setora nitens. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : daun dimakan sehingga yang tersisa hanya lidinya saja. Pengendalian menggunakan insektisida Hosation 25 UI.V, sevin 85 ES, Dursban 20 EC pada konsentrasi 0,2 – 0,3%.

4).   Oil Palm Bunch Moth

Penyebab Tiorathaba mudella. Bagian yang diserang adalah buah muda dan kadang-kadang tandan buah. Gejala : buah muda berlubang, tandan buah busuk. Pengendalian menggunakan insektisida dipteres/thiodam (0,55 kg/370 liter air). Selain itu dilakukan pemberantasan biologi dengan parasit tabuhan dan lalat parasit.

5).   Kumbang Oryctes

Penyebab oryctes rhynoceros. Bagian yang diserang adalah titik tumbuh, bakal daun. Gejala daun seperti terpotong gunting; pada serangan berat serangga akan mati. Pengendalian peningkatan sanitasi dan pemberantasan biologi dengan parasit jamur.

6).   Babi hutan dan tikus

Babi hutan dan tikus biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang masih muda. Untuk hama tikus biasanya pengendalian dilakukan dengan menggunakan/memelihara burung hantu.

b.    Penyakit

1).   Root Blast

Penyebab : rhizoctonia lamcllifera dan Phythium Sp. Bagian yang diserang adalah akar. Gejala : bibit persemaian mati mendadak. Tanaman dewasa layu dan mati. Selain itu terlihat adanya pembusukan akar. Pengendalian :  pembuatan persemai yang baik, pemberian air irigasi di musim kemarau, pengendalian bibit lebih dari 11 bulan.

2).   Garis Kuning

Penyebab fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun. Gejala : bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat pada daun, daun mengering. Pengendalian inokulasi penyakit pada bibit dan tanaman muda.

3).   Dry Basal Rot

Penyebab ceratocytis paradoxa. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala : pelepah mudah patah, daun membusuk dan kering, daun muda mati dan kering. Pengendalian adalah dengan menanam bibit yang telah di inokulasi.

 

E.    PANEN

1.    Umur Panen

Kelapa sawit setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan. Sedikitnya 61% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 pohon tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 bua yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

2.    Cara Panen

Buah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang). Cara panen adalah :

a.    Umur tanaman 4 tahun; hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100 kg/ha.

b.    Umur tanaman 5 tahun; hasil minyak = 750 kg/ha, hasil inti = 150 kg/ha.

c.     Umur tanaman 6 tahun; hasil minyak = 1000 kg/ha, hasil inti = 200 kg/ha.

d.    Umur tanaman 7 tahun; hasil minyak = 1300 kg/ha, hasil inti = 260 kg/ha.

e.    Umur tanaman 8 tahun; hasil minyak = 1600 kg/ha, hasil inti = 320 kg/ha.

f.     Umur tanaman 9 tahun; hasil minyak = 1900 kg/ha, hasil inti = 380 kg/ha.

g.    Umur tanaman 10 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 400 kg/ha.

h.    Umur tanaman 11 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 440 kg/ha.

i.      Umur tanaman 12 tahun; hasil minyak = 2000 kg/ha, hasil inti = 450 kg/ha.

Hasil tersebut masih dibawah satandar produksi minyak kelapa sawit di Asia Tenggara yang rata-rata 5 ton/ha dan Malaysia yang dapat mencapai 6 – 8 ton/ha.

3.    Pasca Panen

Tandan buah diletakkan dalam piringan buah yang lepas disatukan dan dipisahkan dari tandan. Tandan buah dibawa dari tempat pengumpulan buah (TPB) dengan truk dapat ditunda. Di PTB tandan diatur dalam berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8jam setelah panen.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah, dilumatkan di dalam buah, digaster, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti (kernel) terpisah dari cangkangnya. 

Tidak ada komentar: